spot_img

Al-Baqarah Ayat 17 : Terjemah dan Tafsirnya

Setalah Allah jelaskan pada ayat 16 bahwa perniagaan orang munafik menukar keimanan dengan kesenangan dunia adalah kerugian. Allah lanjutkan pada Al-Baqarah ayat 17 ini mempermisalkan orang munafik.

Sebenarnya apakah ada keuntungan bagi orang munafik yang menyembunyikan kekufuran mereka? Apakah ada untungnya bagi mereka yang selalu dekat dengan musuh-musuh Allah? Simak penjelasannya di ayat ini!

Tafsir Al-Baqarah Ayat 17

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَٰتٍ لَّا يُبْصِرُونَ

Maṡaluhum kamaṡalillażistauqada nārā, fa lammā aḍā`at mā ḥaulahụ żahaballāhu binụrihim wa tarakahum fī ẓulumātil lā yubṣirụn

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” QS. Al-Baqarah: 17

Makna Kata

ٱسْتَوْقَدَ نَارًا : Menyalakan api, ini permisalan orang munafik yang selalu menampakkan keimanan kepada orang-orang muslim. Tapi sejatinya mereka menyembunyikan kekufuran mereka.

فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ:  Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, orang yang sudah menyalakan api pasti mendapatkan cahaya di area sekitar api tersebut. Ini permisalan orang munafik setelah mereka menampakkan keislaman di depan kaum muslimin mereka dapat melindungi nyawa dan harta dunia.

Tafsir مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ ٱلَّذِى ٱسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّآ أَضَآءَتْ مَا حَوْلَهُۥ

Gambaran orang munafik yang menampakkan diri sebagai orang muslim seperti orang yang sedang menyalakan api. Seperti yang Allah sebutkan dalam ayat 14 surat Al-Baqarah Ketika bertemu orang bermian mengaku Islam tapi ketika kembali kepada kelompoknya, mereka mengolok-olok orang beriman.

وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”.

Dalam surat Al-Muafiqun Allah juga jelaskan dengan gamblang tipu muslihat orang munafik:

إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ

“Apabila datang kepadamu (Muhammad) orang-orang munafik, mereka berkata ‘Kami bersaksi sungguh engkau adalah utusan Allah’. Sedangkan Allah tahu bahwa engaku adalah utusan-Nya dan Allah menyaksikan bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu berdusta. ” QS. Al-Munafiqun: 1

Setelah sesorang menyalakan api maka meberikan cahaya di setikarnya. Seperti itu juga orang munafik setelah mereka menampakkan diri sebagai orang beriman, maka mendapat manfaat sedikit layaknnya cahaya api yang hanya mampu menyinari area terdekatnya.

Orang munafik mengaku beriman hanya bertujuan menyelamatkan urusan dunia mereka. Bukan benar-benar iman kepada Allah dan Rasul-Nya sepenuh hati. Ulama menjelaskan dalam tafsir Aisarut tafasir & Ibnu Katsir bahwa keimanan palsu orang munafik hanya untuk menjaga harta, keluarga yang mereka miliki.

Penjelasn ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Munafiqun

اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Mereka (orang munafik) menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai tameng, maka mereka menghalangi jalan Allah. Sungguh amat buruk apa yang mereka perbuat.”

Orang munafik bersumpah untuk menguatkan pengakuan Islam mereka. Tapi itu hanya untuk pelindung dari hukuman-hukuman syariat Islam. Jika mereka ketahuan kafir maka bisa mendapat hukuman mati atau mereka terusir dari Madinah.

Tafsir ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِى ظُلُمَٰتٍ لَّا يُبْصِرُونَ

Setelah orang munafik mendapat manfaat duniawi yang sedikit dari tipu muslihat mereka, maka Allah cabut hidayah dari hati mereka. Sehingga mereka semakin tenggelam dalam kesesatan dan tidak mampu menemukan jalan petunjuk.

Layaknya seseorang yang kehilangan api penerangan di tengah kegelapan. Yang tersisa hanya gelam dan tidak tahu arah. Bahkan dalam surat Al-Munafiqun Allah jelaksan jikalau orang munafik mendapat tawaran untuk beriman dan Nabi Muhammad saw mintakan ampun kepada Allah, mereka tetap akan menolak dan sombong.

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا۟ يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُولُ ٱللَّهِ لَوَّوْا۟ رُءُوسَهُمْ وَرَأَيْتَهُمْ يَصُدُّونَ وَهُم مُّسْتَكْبِرُونَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan ampunan bagimu, mereka membuang muka mereka dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.” QS. Al-Munafiqun: 5

Hikmah Surat Al-Baqarah Ayat 17

Berikut adalah hikmah-hikmah dari Tafsir Al-Baqarah Ayat 17:

  1. Pentingnya Keikhlasan dalam Iman: Orang munafik yang berpura-pura beriman hanya untuk keuntungan duniawi menunjukkan bahwa keimanan yang tidak tulus akan berakhir dengan kerugian. Allah menghargai ketulusan hati dalam beriman, dan iman yang palsu tidak akan membawa keselamatan, baik di dunia maupun akhirat.
  2. Kehidupan yang Sementara: Manfaat yang diperoleh orang munafik dari berpura-pura beriman hanya sementara, seperti cahaya dari api yang hanya menyala sebentar. Ini menggambarkan bahwa kenikmatan dunia yang dicari melalui tipu daya tidak akan abadi. Keberkahan hidup yang sejati hanya datang dari iman yang ikhlas kepada Allah.
  3. Bahaya Tipu Daya: Tipu muslihat orang munafik mungkin memberikan manfaat sementara, tetapi pada akhirnya Allah mencabut cahaya dari hati mereka, meninggalkan mereka dalam kegelapan. Ini mengajarkan bahwa kebohongan dan penipuan akan berujung pada kehancuran dan kesesatan, baik di dunia maupun di akhirat.
  4. Hidayah adalah Karunia Allah: Hidayah (petunjuk) adalah karunia Allah yang besar, dan bisa diambil kapan saja jika seseorang tidak menghargainya. Ketika seseorang menolak kebenaran setelah diberikan kesempatan, seperti yang dilakukan oleh orang munafik, maka hati mereka akan dikunci dari cahaya hidayah, membuat mereka terperangkap dalam kegelapan.
  5. Kesombongan yang Menghalangi Kebaikan: Sikap orang munafik yang menolak tawaran untuk kembali kepada kebenaran dan sombong ketika Rasulullah ingin memintakan ampun bagi mereka, menunjukkan bahwa kesombongan adalah penghalang utama dalam menerima kebenaran. Sikap rendah hati dan siap menerima nasihat adalah kunci untuk tetap berada di jalan yang lurus.
  6. Perumpamaan untuk Menjadi Pengingat: Perumpamaan tentang cahaya yang hilang setelah api menyala adalah pengingat bagi kita bahwa iman tanpa ketulusan hanya memberikan manfaat sementara. Ketika Allah mencabut cahaya-Nya dari hati seseorang, mereka akan terjebak dalam kesesatan. Ini mengajarkan pentingnya menjaga hati tetap bersih dan tulus dalam iman.
  7. Iman sebagai Perlindungan Sejati: Sementara orang munafik menggunakan iman palsu sebagai tameng untuk melindungi urusan dunia mereka, iman yang sejati adalah perlindungan dari segala bahaya, baik di dunia maupun akhirat. Hanya dengan iman yang benar, seseorang dapat hidup dalam kedamaian dan keselamatan.

Hikmah-hikmah ini mengajak kita untuk merenungkan pentingnya ketulusan dalam beriman dan menjaga hati agar selalu terbuka terhadap petunjuk Allah.

El Nino
El Ninohttps://www.mengajiislam.com
Pengajar pesantren tinggal di Kediri. Dilahirkan di dunia pada 17 Desember 1991. Riwayat pendidikan sudah 17 tahun hidup di pesantren menjadi santri dan pengurus. Tujuan mendirikan web mengajiislam.com untuk menjadi sarana berbagi ilmu yang telah saya pelajari di pondok dan menambah seduluran.

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

1,000FansSuka
50PengikutMengikuti
360PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles