Surah Al-Baqarah ayat 57 merupakan salah satu ayat yang menggambarkan limpahan nikmat Allah kepada Bani Israil saat mereka berada dalam kesulitan di padang pasir. Ayat ini tidak hanya menyampaikan sejarah turunnya manna dan salwa, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang sikap manusia dalam menyikapi karunia Allah.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas makna Al-Baqarah ayat 57 secara lengkap melalui teks Arab, terjemahan, serta tafsir dari para ulama.
Baca juga artikel tentang: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 56
Table of Contents
Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 57
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ ٱلْمَنَّ وَٱلسَّلْوَىٰ ۖ كُلُوا۟ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقْنَٰكُمْ ۖ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَٰكِن كَانُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
Wa ẓallalnā ‘alaikumul-gamāma wa anzalnā ‘alaikumul-manna was-salwā, kulụ min ṭayyibāti mā razaqnākum, wa mā ẓalamụnā wa lāking kānū anfusahum yaẓlimụn
“Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu “manna” dan “salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” QS.Al-Baqarah: 57
Makna Kata
ٱلْغَمَامَ: Awan tipis berwarna putih. Awan ini menjadi naungan bagi Bani Israil saat mereka berada di padang pasir, sebagai bentuk rahmat Allah.
ٱلْمَنَّ: Manna adalah makanan manis seperti permen, bertekstur lengket, dan rasanya seperti madu.
ٱلسَّلْوَىٰ: Salwa adalah sejenis burung puyuh yang dikenal dengan nama As-Sumaniy, yang dagingnya lezat dan mudah didapat saat itu.
ٱلطَّيِّبَاتِ: Makanan yang halal dan baik. Yaitu makanan yang tidak hanya halal secara syariat, tetapi juga memberikan manfaat dan tidak membahayakan tubuh.
Tafsir
Allah mengingatkan Bani Israil atas nikmat-Nya saat mereka berada di padang pasir yang sangat panas. Allah menaungi mereka dengan awan putih yang teduh dan beraroma harum, bukan awan biasa, tapi awan yang lebih sejuk dan menyenangkan. Para mufassir seperti Ibnu Abbas dan Mujahid menyebutkan bahwa awan ini khusus diciptakan untuk mereka agar terhindar dari sengatan matahari
Allah juga memberikan kepada mereka Manna wa Salwa sebagai makanan yang lezat. Manna adalah makanan manis seperti getah atau embun pagi yang turun dari langit. Rasanya lebih manis dari madu dan turun setiap pagi seperti salju. Jika mereka mengambilnya lebih dari kebutuhan harian, maka manna itu akan membusuk—kecuali saat Jumat, untuk bekal hari Sabtu yang menjadi hari libur mereka. Beberapa riwayat menyebut bahwa manna bisa dimakan langsung, dicampur air sebagai minuman, atau menjadi manisan yang lezat.
Salwa adalah jenis burung yang mirip burung puyuh (samani). Burung ini dikirim oleh Allah dalam jumlah banyak, dan bisa ditangkap untuk dijadikan daging. Tapi jika mereka mengambilnya secara berlebihan, maka dagingnya akan membusuk. Ini menunjukkan bahwa Allah mengajarkan keseimbangan dalam mengambil rezeki
Selain memberikan manna wa salwa, Allah juga memerintahkan Bani Israil untuk memakan “ath-thayyibat”, yaitu makanan yang halal, baik, dan bermanfaat. Perintah ini tidak hanya menekankan aspek kehalalan secara hukum, tetapi juga mencakup nilai gizi dan kemanfaatan bagi tubuh. Makanan-makanan ini merupakan rezeki istimewa yang diturunkan langsung oleh Allah tanpa mereka harus bersusah payah mencarinya—sebuah karunia yang seharusnya menumbuhkan rasa syukur dan ketaatan.
Namun sayangnya, meskipun telah menerima limpahan nikmat yang luar biasa, Bani Israil tetap berbuat maksiat dan durhaka. Mereka menyia-nyiakan anugerah tersebut dengan melanggar perintah Allah. Maka, Allah pun menegaskan bahwa perbuatan mereka tidak merugikan-Nya sedikit pun, tetapi justru merugikan diri mereka sendiri. Ini menjadi pelajaran penting bahwa kedurhakaan kepada Allah pada akhirnya hanya akan mendatangkan kerugian bagi pelakunya.
Hikmah Surah Al-Baqarah Ayat 57
Berikut adalah poin-poin hikmah singkat dari Surah Al-Baqarah ayat 57 yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
- Bersyukur atas nikmat sekecil apa pun
➤ Allah memberikan karunia besar kepada Bani Israil berupa makanan dan perlindungan, namun mereka kufur. Kita diajarkan untuk selalu bersyukur agar nikmat terus bertambah (QS. Ibrahim: 7). - Mengambil rezeki secukupnya dan tidak berlebihan
➤ Manna dan salwa hanya bisa diambil sesuai kebutuhan harian. Ini mengajarkan kita hidup seimbang dan tidak konsumtif, sebagaimana prinsip “makan secukupnya, jangan berlebihan.” - Pentingnya memilih makanan yang halal dan thayyib
➤ Halal saja tidak cukup, harus juga thayyib (baik dan bermanfaat). Ini berlaku dalam semua aspek konsumsi: dari makanan, minuman, sampai informasi. - Nikmat Allah datang tanpa usaha pun bisa terjadi
➤ Rezeki bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka (QS. Ath-Thalaq: 3). Manna dan salwa turun langsung dari langit—tapi itu tidak boleh membuat manusia malas berikhtiar. - Jangan menyia-nyiakan karunia Allah dengan perbuatan dosa
➤ Seperti Bani Israil, kita bisa saja diberi nikmat besar, namun jika tidak disertai ketaatan, semua itu bisa menjadi sebab kemurkaan Allah. - Durhaka kepada Allah = merugikan diri sendiri
➤ Allah tidak rugi sedikit pun atas maksiat manusia. Justru manusia sendirilah yang akan menanggung akibatnya, baik di dunia maupun akhirat. - Keseimbangan antara nikmat dan tanggung jawab
➤ Setiap rezeki yang Allah berikan mengandung amanah. Jika disalahgunakan, nikmat itu bisa berubah menjadi ujian atau bahkan musibah.
Tinggalkan komentar