Keutamaan Do’a setelah adzan – Allahuakbar-Allahuakbar…. Allahuakbar-Allahuakbar…. Asyhadu allaa ilaahaillaah…. Asyhadu allaa ilaahaillaah… Suara itu terdengar keras tiap kali tiba waktu shalat. Kalian pasti tidak asing dengan seruan shalat itu, iya adzan namanya. Cara memanggil muslimin untuk menunaikan shalat yang diajarkan Islam dari zaman Rasulullah saw hingga hari ini. Lafadz-lafadz tidak pernah berubah, masih sama seperti asalnya hanya saja nada mengumandangkan adzan yang bervariasi.
Sebelum kita masuk ke pembahasa keutamaan do’a setelah adzan perlu kita kaji dulu point-point penting berkaitan dengan adzan seperti berikut ini:
Table of Contents
Syariat Adzan
Syariat adzan baru diadakan pada tahun pertama hijrah ke Madinah (tahun pertama hijriyah) walaupun perintah shalat 5 waktu sudah ada semenjak Rasulullah saw dan para sahabat masih di Makkah.
Karena kondisi muslimin belum kuat, mereka masih menyembunyikan kegiatan-kegiatan agama Islam, seperti shalat berjama’ah mengaji dan lain-lain. Siapa saja yang ketahuan memeluk agama Islam, terlebih bila ia dari kalangan orang bawah maka akan disiksa hingga berujung maut.
Baru setelah Hijrah ke Madinah Rasulullah saw dan para sahabat Muhajirin dan dibantu oleh sahabat Anshor membangun sebuah masjid untuk pertama kali yang kita kenal dengan nama Masjid Quba.
Muslimin mulai mejalankan shalat berjama’ah dengan tenang tanpa gangguan dari orang-orang Kafir. Selang beberapa waktu para sahabat berkumpun dan berdiskusi tentang waktu-waktu shalat serta bagaimana cara menyeru muslimin yang lain untuk shalat.
Baca juga artikel : Do’a setelah makan yang menghapus dosa
Dikisahkan dalam suatu hadits:
أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلاَةَ لَيْسَ يُنَادَى لَهَا فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ اتَّخِذُوا نَاقُوسًا مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ بُوقًا مِثْلَ قَرْنِ الْيَهُودِ فَقَالَ عُمَرُ أَوَلاَ تَبْعَثُونَ رَجُلاً يُنَادِي بِالصَّلاَةِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَا بِلاَلُ قُمْ فَنَادِ بِالصَّلاَةِ
Bahwasan Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata: Dulu ketika muslimin datang ke Madinah, mereka berkumpul dan meperkirakan waktu-waktu shalat tanpa ada yang menyeru untuknya. Maka mereka berbincang-bincang tentang hal itu pada suatu hari.
Berkata sebagian mereka: gunakanlah lonceng seperti lonceng orang-orang Nashrani. Berkata yang lain: gunakan saja terompet seperti terompet yang digunakan orang Yahudi. Lalu berkata Umar ra: bukankah lebih baik kalian mengutus seseorang untuk menyeru shalat? Bersabdalah Rasulullah saw <Wahai Bilal berdirilah dan serulah shalat>. HR. Bukhari.
Biasanya syariat itu datang dari Allah kepada Nabi Muhammad saw kemudian disampaikan kepada umat Islam. Berbada kasus dengan lafadz-lafadz adzan tidak dari Rasulullas saw melainkan melalui mimpi salah satu sahabatnya (Abdullah Ibnu Zaid ra) yang dibenarkan (disahkan) Rasulullah saw.
Dari Abdullah Ibnu Zaid ra ketika Rasulullah saw memerintahkan menggunakan lonceng untuk menyeru manusia menunaikan shalat. Dalam mimpi saya ada seorang laki-laki berkeliling di hadapanku membawa lonceng di tangannya.
Maka aku berkata: Wahai hamba Allah apakah kamu menjual lonceng itu? Dia balik bertanya: Apa yang akan kamu perbuat dengan lonceng ini? Aku menjawab: Kami akan menggunakannya untuk panggilan shalat. Dia berkata: Apakah kamu mau aku tunjukkan cara (menyeru) yang lebih baik daripada ini? Maka aku menjawab: iya.
Dia berkata: Kamu Ucapkanlah
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“Allah Maha Besar – Allah Maha Besar”
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“Allah Maha Besar – Allah Maha Besar”
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah”
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah”
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
“Aku bersaksi Muhammad utusan Allah”
أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
“Aku bersaksi Muhammad utusan Allah”
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ
“Mari kita menunaikan shalat”
حَىَّ عَلَى الصَّلاَةِ
“Mari kita menunaikan shalat”
حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ
“Mari kita menuju kemenangan”
حَىَّ عَلَى الْفَلاَحِ
“Mari kita menuju kemenangan”
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ
“Allah Maha Besar – Allah Maha Besar”
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
“Tiada Tuhan selai Allah”
Hadits yang panjang Ketika aku berpagi-pagi aku datang ke Rasulullah saw, maka aku ceritakan apa yang aku mimpikan. Beliau bersabda: Itu adalah mimpi yang benar Insyaallah, maka berdirilah bersama Bilal ra. Dekte dia apa yang kamu lihat dan hendaklah dia menyeru dengan mimpimu itu karena dia lebih indah suaranya darimu. Maka aku berdiri bersama Bilal ra dan aku mendekte dia lalu dia menyeru dengannya.
Maka Umar bin Khottob ra mendengar sedangkan dia di rumahnya. Maka dia keluar menjuraikan selendangnya dan berkata: Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar wahai Rasulullah saw, aku bermimpi seperti apa yang dia mimpikan. Maka Rasulullah saw bersabda: Maka segala puji bagi Allah. HR. Abu Dawud.
Sunah Ketika Adzan Dikumandangkan
Ketika kamu mendengar adzan apa yang harus kamu lakukan? Banyak orang kurang memperhatikan hal ini. Rasulullah saw sudah ajarkan kepada kita ketika mendengar adzan dikumandangkan maka harus didengarkan menjawab adzan tersebut.
وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ اَلْخُدْرِيِّ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – إِذَا سَمِعْتُمْ اَلنِّدَاءَ, فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ اَلْمُؤَذِّنُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: Apabila kalian mendengar azan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muazin. HR. Bukhari & Muslim
عَنْ عُمَرَ فِي فَضْلِ اَلْقَوْلِ كَمَا يَقُولُ اَلْمُؤَذِّنُ كَلِمَةً كَلِمَةً, سِوَى اَلْحَيْعَلَتَيْنِ, فَيَقُولُ: “لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ
Dari Umar ra tentang keutamaan mengucapkan kalimat sebagaimana yang diucapkan oleh muazin, kalimat demi kalimat kecuali “hayya ‘alash shalaah dan hayya ‘alal falaah” maka hendaknya mengucapkan “laa hawla wa laa quwwata illa billah”. HR. Muslim
Besok-besok kalau kita dengar adzan jangan asik sendiri atau malah menutup telinga supaya tidak mendengarnya. Kita buka lebar-lebar telingan dan menirukan setiap lafadz adzan yang diserukan, kecuali kalimat “Hayya ‘alash shalaah dan Hayya ‘alal falah” kita jawab dengan “Laa hawla wa laa quwwata illa billah” yang artinya “Tiada daya dan kekuata kecuali dari Allah”.
Keutamaan Do’a Setelah Adzan
Kawan-kawan tahu tidak kalau setelah dikumandangkan adzan ada sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah saw tapi sering dilupakan juga oleh umat Islam. Padahal kalau dijalankan ada keutamaan yang besar akan didapat olehnya.
Ketika adzan dikumandangkan kita harus mendengarkan sampai selesai, menirukan dan menjawab setiap lafadz-lafadznya. Setelah selesai kita disunnahkan untuk berdo’a, ini haditsnya:
وَعَنْ جَابِرٍ- رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : – مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ اَلنِّدَاءَ : اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ اَلدَّعْوَةِ اَلتَّامَّةِ , وَالصَّلَاةِ اَلْقَائِمَةِ , آتِ مُحَمَّدًا اَلْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ , وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا اَلَّذِي وَعَدْتَهُ , حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ اَلْقِيَامَةِ – أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ
Dari Jabir ra Rasulullah saw bersabda” “Siapa yang mengucapkan setelah mendengar azan
“ALLAHUMMA ROBBA HADZIHID DA’WATIT TAAMMAH WASH SHOLATIL QOO-IMAH, AATI MUHAMMADANIL WASILATA WAL FADHILAH, WAB’ATSHU MAQOOMAM MAHMUUDA ALLADZI WA ‘ADTAH”
artinya:
“Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), shalat yang ditegakkan, berikanlah kepada Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi), dan fadilah (kedudukan lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqom (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikan padanya, maka dia akan mendapatkan syafaatku kelak.” Diriwayatan oleh Empat Imam
[…] Baca juga artikel Keutamaan Do’a Setelah Adzan […]