Manisnya Iman Dalam Islam Menurut Akal Sehat

manisnya iman dalam islam

Kalau dilihat secara kasatmata Agama Islam itu terlalu banyak aturan yang membatasi pemeluknya. Tapi kenapa mereka merasa nyaman dan bahagia dengan hal itu? apa sih definisi bahagia atau manisnya iman dalam Agama Islam?

Untuk menjawab pertanyaan itu coba kita baca sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

عَنْ أَنَسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Dari Anas ra. dari Nabi saw bersabda: “Siapa yang 3 perkara ini ada pada dirinya (melakukannya) dia pasti mendapatkan manisnya iman (3 perkara itu ialah) Lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada yang lainnya, mencintai seseorang hanya karena Allah, dia membenci kembali kufur (murtad) seperti bencinya dia apabila dilempar ke dalam neraka.” HR. Bukhari

Hadits di atas menegaskan bahwa iman kepada Allah akan terasa manis bila 3 hal itu dilakukan oleh seorang muslim. artinya manisnya iman dalam beragama Islam itu memang bisa dirasakan oleh pemeluknya. Sehingga mereka akan bahagia ketika menjalankan syariat-syariat Islam.

Manis dan menyenangkan memang termasuk urusan rasa tapi untuk mendapatkan rasa manis dalam ibadah-ibadah, kita harus gunakan akal sehat dan hati yang bersih buka dengan rasa atau nafsu.

Orang yang berakal sehat pasti sadar diri bahwa manusia itu tidak sempurna yang banyak salah dan dosa. Dari kesadaran itu mereka akan semangat beribadah dan mencar ampunan Allah.

Sebaliknya jika nafsu yang dikedepankan maka yang dirasa ketika melaksanakan aturan-aturan Islam pasti merasa berat, malas bahkan berani meninggalkannya.

Bisa kita analogikan bagaimana manisnya iman seperti madu. Rasanya manis dan menyehatkan sebagaimana mestinya, tapi bagi orang yang punya luka di bibir atau di lidah maka madu akan menyakitkan.

Jika ia (yang sakit) menilai madu itu sesuai rasa maka dia tak akan mau untuk meminumnya walaupun aslinya jika mau minum madu bibirnya akan sembuh.

Tapi jika dia (yang sakit) menilai madu itu dengan akal sehat maka dia akan tetap meminumnya walaupun ada rasa perih di bibirnya, tapi dia sadar bahwa dengan minum madu kesahatannya akan segera pulih.

Ibadah dan taat kepada Allah sebenarnya manis dan menyelamatkan bagi manusia. Tinggal manusia itu mau atau tidak menggunakan akal sehat dan hati bersihnya untuk menyadari hal itu.

Sehingga dengan kesadarannya ia melakukan aturan-aturan Islam nyaman dan tanpa beban atau paksaan.

Berbeda dengan orang yang tak sadar diri karena akal dan hatinya rusak, ia akan memandang ibadah dan taat kepada Allah adalah suatu beban sehingga semakin menjauhkan dia dari cahaya Allah SWT.

Share it:

Tags

El Nino

Pengajar pesantren tinggal di Kediri. Dilahirkan di dunia pada 17 Desember 1991. Riwayat pendidikan sudah 17 tahun hidup di pesantren menjadi santri dan pengurus. Tujuan mendirikan web mengajiislam.com untuk menjadi sarana berbagi ilmu yang telah saya pelajari di pondok dan menambah seduluran.

Related Post

Tinggalkan komentar