Banyak orang harus berangkat pagi pulang malam kerja keras demi mengejar bahagia dalam kehidupannya. Ada juga yang menghabiskan jutaan hingga milyaran uang hanya untuk itu. Tak ada yang salah dengan semua itu karena setiap orang berhak untuk bahagia dan terserah mereka bagaimana mendapatkannya. Jika memang harus jungkir balik atau hanya dengan duduk manis yang itu rezeki masing-masing, iya nggk sahabat!
Bahagia itu berbeda-beda maknanya dan kadarnya, setiap orang mempunyai definisi sendiri. Ada yang berpendapat kalau bahagia baru bisa dirasakan jika sudah punya rumah mewah, mobil mahal, harta melimpah atau pangkat yang tinggi dll. Ada juga yang hanya dengan rumah kecil, makan cukup 3 kali sehari dengan lauk seadanya, kendaraan tenaga manusia sudah merasa bahagia.
Seorang ilmuan terkenal Albert Einstein pernah menuliskan resep bahagia kepada salah seorang pelayan hotel sebagai ganti uang tip.
Di kertas itu bertuliskan “Hidup tenang dan sederhana dapat memberikan kebahagiaan yang lebih besar, ketimbang sibuk mengejar kesuksesan dan merasa tidak tenteram.” Catatan itu dibumbuhi dengan tanda tangan dan tanggal penulisannya.
Einstein pun memberikannya kepada kurir hotel itu dan berkata “Mungkin jika Anda beruntung, catatan ini akan lebih berharga daripada sekadar uang tip.” Benar saja setelah puluhan tahun resep bahagia itu terjual dengan harga 20 milyar dalam lelang.
Sebenarnya konsep hidup bahagia itu sederhana tak perlu teori yang muluk-muluk. Semua dikembalikan lagi bagaimana kita pandai mengelola hati ini.
Jika orang itu pandai bersyukur atas apa yang dia miliki pasti akan merasa bahagia. Sedikit harta yang Allah berikan kepadanya diterima dengan lapang dada jauh lebih menentramkan daripada banyak tapi tak pandai bersyukur.
Lalu bagaimana caranya kita supaya pandai bersyukur? Okay, Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra:
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” HR. Bukhari dan Muslim
Dengan melihat orang yang ekonomi atau kondisi kehidupannya lebih rendah dari kita, akan menyebabkan mudah bersyukur, ternyata masih banyak orang yang penghidupannya lebih susah dari apa yang kita rasakan. Ingan jangan sering nonton kehidupan glamor orang-orang kaya itu salah satu penyebab kufur nikmat.
Allah telah berjanji barang siapa yang bersyukur akan ditambah kebahagiaan dan nikmat baginya. Firman itu bahkan sering sekali disampaikan oleh khatib atau guru-guru ngaji.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” QS. Ibrahim: 7
Jika orang pandai bersyukur atas nikmat dan karunia Allah maka rasa bahagia dan nikmat akan ditambahkan untuknya. Tapi jika sebalinya maka ia akan diberi azab oleh Allah, tak pernah merasa puas dengan kepemilikannya sehingga rakus terhadap dunia dan akhirnya menyebabkan masuk nereka.
Sudah jelaskan kuncinya pada bersyukur kepada Allah. Jadi masihkah ragu kalau bahagia itu sederhana?