Al-Baqarah ayat 55 menyimpan pelajaran penting tentang batas antara keimanan dan kesombongan manusia dalam menerima kebenaran. Ayat ini mencatat momen sejarah ketika Bani Israil dengan lantang menantang Nabi Musa untuk memperlihatkan Allah secara nyata sebelum mereka mau beriman. Permintaan yang tampaknya mustahil itu bukan hanya mencerminkan kekerasan hati, tetapi juga menjadi bukti bahwa tidak semua manusia tunduk meski telah melihat mukjizat.
Sebagai bagian dari rangkaian kisah Bani Israil dalam Surah Al-Baqarah, ayat ini bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi juga refleksi bagi umat Islam saat ini. Mengapa mereka menuntut hal yang tidak masuk akal? Apa hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa tersebut? Dalam artikel ini, kita akan mengupas tafsir Surah Al-Baqarah ayat 55 dari berbagai sudut pandang, mulai dari makna lafadz, konteks historis, hingga pelajaran moral dan spiritual yang relevan bagi kehidupan kita sekarang.
Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 55
وَإِذۡ قُلۡتُمۡ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ فَأَخَذَتۡكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ
Wa idz qultum yā Mūsā lan nu`mina laka ḥattā narallāha jahratan fa-akhadzatkumuṣ-ṣā‘iqatu wa antum tanẓurụn
“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata: ‘Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,’ maka kalian disambar petir, sedang kalian menyaksikannya.” QS. Al-Baqarah: 55
Makna Kata
نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ: Bani Israil ingin melihat wujud Allah dengan mata telanjang.
ٱلصَّٰعِقَةُ: Api yang membakar, yang muncul bersama awan, hujan, dan guntur.
Tafsir
Setelah Bani Israil menjalani proses tobat yang berat sebagaimana yang Allah ceritakan pada surah Al-Baqarah ayat 54, Nabi Musa a.s. memilih 70 laki-laki dari kaumnya. Beliau mengajak mereka untuk meminta ampun kepada Allah di waktu dan tempat yang sudah ditentukan.
وَٱخْتَارَ مُوسَىٰ قَوْمَهُۥ سَبْعِينَ رَجُلًا لِّمِيقَٰتِنَا
“Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohonkan taubat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan.” QS. Al-A’raf: 155
Namun ketika telah sampai di tempat itu, 70 laki-laki yang terpilih itu menunjukkan kesombongan. Mereka berkata tidak mau beriman sebelum bisa melihat wujud Allah di depan mata;
يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ
“Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” QS. Al-Baqarah: 55
Maka Allah mengirimkan ٱلصَّٰعِقَةُ (Api yang membakar, yang muncul bersama awan, hujan, dan guntur) menyambar 70 orang tersebut. Akhirnya semua mati, peristiwa ini menjadi pelajaran bagi mereka agar tidak sombong dan tetap tunduk kepada Allah.
Di ayat lain Allah tidak hanya mengirimkan api untuk menyiksa 70 laki-laki Bani Israil ini, tapi Allah juga membuat bumi bergunjang (gempa) yang membinasakan mereka.
فَلَمَّآ أَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ
“Maka ketika mereka digoncang gempa bumi.” QS. Al-A’raf: 155
Walaupun 70 orang ini telah dimatikan oleh Allah, di surah Al-Baqarah ayat 56 nanti akan dibangkitkan dan mendapat ampunan dari Allah. Insya Allah, admin akan bahas pada pembahasan tafsirnya.
Hikmah Surah Al-Baqarah Ayat 55
Berikut adalah hikmah-hikmah singkat yang bisa diambil dari Surah Al-Baqarah ayat 55 dan relevan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
- Iman Tidak Selalu Butuh Bukti Yang Ajaib
➤ Jangan menunda keimanan hanya karena menunggu keajaiban atau hal luar biasa. Iman sejati tumbuh dari hati yang tunduk, bukan dari mata yang menuntut bukti. - Kesombongan Bisa Menghapus Keimanan
➤ Sikap meremehkan petunjuk dan menuntut syarat yang tidak masuk akal menunjukkan kesombongan hati yang bisa menutup pintu hidayah. - Nikmat dan Mukjizat Tidak Menjamin Ketundukan
➤ Seperti Bani Israil yang telah melihat banyak mukjizat tetapi tetap membangkang, manusia modern pun bisa tersesat jika tidak menjaga hati dari kerasnya nafsu dan ego. - Tunduk kepada Allah adalah Kunci Keselamatan
➤ Jangan menantang perintah Allah. Semakin kita tunduk, semakin Allah lindungi dan bimbing hidup kita. - Bahaya Menunda Keimanan
➤ Menunda-nunda untuk beriman dan taat bisa membawa penyesalan. Hidup ini bisa berakhir kapan saja, seperti petir yang menyambar tiba-tiba. - Hati yang Keras Bisa Menghancurkan Diri Sendiri
➤ Ketika hati tertutup dari kebenaran, maka azab bisa datang kapan saja, baik berupa bencana fisik maupun kehancuran spiritual. - Belajar dari Kisah Umat Terdahulu
➤ Al-Qur’an menghadirkan kisah masa lalu bukan untuk dikenang, tetapi untuk direnungkan dan dijadikan pelajaran hidup agar tidak jatuh pada kesalahan yang sama.











Tinggalkan komentar