Saat nonton kajian ustadz Umar Mita di salah satu akun Instagram bikin hati bergetar. Sebab beliau menjelaskan bahwa ada 99 penyebab kematian yang selalu mengintai manusia setiap harinya. Apa yang beliau sampaikan adalah hadits shahih, apalagi dikuatkan dengan firman Allah SWT:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan ayat-ayat di atas adalah setiap orang pasti akan merasakan kematian. Tidak ada seseorang yang bisa selamat dari kematian, baik ia berusaha lari darinya ataukah tidak. Karena setiap orang sudah punya ajal yang pasti.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3: 163).
Kematian pasti akan datang kepada setiap makhluk yang hidup di dunia ini. Kapan dan di manapun seseorang berada malaikat Izra’il siap menghapiri manusia untuk melakukan tugasnya. Tidak ada manusia manapun yang bisa lari atau menghidari kematian, walaupun dia berusaha masuk ke dalam tengah-tengah gunung atau masuk kelubang semut sekalipun. Allah tegaskan dalam surat Al-Jumu’ah
قُلْ إِنَّ ٱلْمَوْتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُۥ مُلَٰقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.”
Cara Allah mengambil nyawa manusia melalui malaikat Izra’il bermacam-macam kalau dalam hadits disebutkan hingga 99 penyebab kematian, ada yang diwafatkan dengan penyakit, tua, kecelakaan atau tanpa sebab (tiba-tiba). Manusia tidak bisa memprediksi kapan dan bagaimana dia meninggalkan alam dunia ini.
Manusia hanya bisa berharap kepada Allah untuk dicabut nyawanya dalam keadaan khusnul khatimah. Rasulullah saw juga berpesa kepada umatnya untuk menjaga masa-masa akhir hidupnya, karena amalan itu tergantung pada akhirnya.
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Berbicara soal kematian ada hadits Rasulullah saw yang sangat membikin hati ini bergetar dan menjadi begitu was-was; Rasul saw bersabda seperti ini:
مُثِّلَ ابْنُ آدَمَ وَإِلَى جَنْبِهِ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ مَنِيَّةً إِنْ أَخْطَأَتْهُ الْمَنَايَا وَقَعَ فِي الْهَرَمِ
“Telah diciptakan di dekat anak Adam sembilan puluh sembilan musibah (sebab kematian). Jika dia tidak terkena semua musibah itu, dia pasti mengalami ketuaan.” (HR Tirmidzi, no. 2456)
99 musibah penyebab kematian selalu mengintai kita di manapun dan kapanpun, tak peduli dalam waktu duduk atau berdiri, sendiri atau berjama’ah, dan dalam kondisi yang lainnya.
Jumlah 99 yang disebutkan dalam hadits ini bukan batasan melainkan ini adalah perumpamaan banyaknya musibah yang bisa datang sewaktu-waktu tanpa kita prediksi walaupun sudah kita siapkan sedemikian rupa. Jika selama hidup ini musibah itu tak menyentuh kita, maka tualah yang akan menjadi penutup kehidupan dunia ini.
Kematian pasti akan hadir, cara malaikat Izra’il akan menjemput nyawa seorang hamba tergantung amalan yang dilakukan orang itu menjelang masa akhir hayatnya. Tugas manusia hanyalah mempersiapkan bekal matinya, agar ketika dia kembali kepada Sang Pencipta mendapat ridho dan ampunan. Jangan beranggapan kita bisa kabur dari takdir kematian, sebab kematian lah yang akan datang kepada kita.
Maka dari itu Ibnu Umar ra berwasiat bagi umat Islam supaya bersegera untuk berbuat baik:
“Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.”