Surah Al-Baqarah ayat 63 adalah salah satu ayat yang sangat kuat menggambarkan hubungan antara Allah dan Bani Israil. Ayat ini memuat pesan tentang perjanjian ketaatan yang Allah ambil dari mereka, disertai pengangkatan Gunung Thur sebagai bentuk penegasan terhadap janji tersebut. Ayat ini mengingatkan bahwa ketaatan kepada wahyu tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi harus dipegang dengan kesungguhan hati.
Sebagian orang salah memahami ayat ini, seolah-olah ancaman atau peringatan di dalamnya hanya ditujukan bagi Bani Israil, tanpa relevansi untuk umat Islam saat ini. Padahal, pesan utamanya bersifat universal, yaitu kewajiban memegang teguh ajaran Allah dengan kesungguhan, serta bahaya melalaikan amanah wahyu.
Karena itu, kita perlu mengkaji lebih mendalam makna ayat ini agar memahami hikmah besar di balik peringatan keras tersebut.
Baca juga artikel tentang: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 62
Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 63
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ ۖ خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari kalian, dan Kami angkat (menjulang) gunung di atas kalian (seraya Kami berfirman): ‘Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kalian bertakwa.’” (QS. Al-Baqarah: 63)
Makna Kata
ٱلطُّورَ (ath-thūr) Dalam banyak kitab tafsir dijelaskan bahwa ath-thūr adalah Gunung Thur Sinai, tempat Nabi Musa menerima wahyu. Dalam konteks ayat ini, gunung tersebut diangkat seolah-olah menjulang di atas mereka sebagai bentuk peringatan dan penegasan atas perjanjian.
بِقُوَّةٍ (bi-quwwah) Artinya: dengan kesungguhan, keteguhan, dan komitmen penuh.
Ibnu Katsir dan para mufasir lain menegaskan bahwa yang dimaksud bukan sekadar memegang kitab Taurat secara fisik, tetapi menjalankan perintah-perintahnya dengan sungguh-sungguh.
Tafsir Ayat
1. Tafsir Ibnu Katsir
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah mengingatkan Bani Israil tentang perjanjian yang pernah diambil dari mereka. Ketika mereka enggan menerima hukum-hukum Taurat, Allah mengangkat Gunung Thur di atas mereka sebagai ancaman agar mereka benar-benar menerima kitab tersebut.
Perintah “khudzū mā ātaynākum bi quwwah” berarti ambil dan amalkan kitab Allah dengan ketegasan dan kesungguhan, bukan dengan sikap ragu, malas, atau menyeleweng.
Ibnu Katsir menegaskan bahwa ayat ini menunjukkan betapa kerasnya hati sebagian Bani Israil sehingga Allah perlu memberi mereka peringatan yang begitu kuat.
2. Tafsir Aisarut Tafasir
Dalam Aisarut Tafasir, ayat ini dipahami sebagai:
- Peringatan bagi kaum Muslimin bahwa sikap menunda, meremehkan, atau tidak mengamalkan ajaran Al-Qur’an dapat menyeret mereka kepada kesalahan yang sama seperti Bani Israil.
- Ketaatan bukan hanya menerima kitab, tetapi menghidupkan isinya dalam tindakan sehari-hari.
Ayat ini menjadi ajakan agar umat Islam tidak bersikap lalai terhadap wahyu sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil.
Kesimpulan dari Tafsir-Tafsir Di Atas
- Ayat ini mengingatkan peristiwa penting, yaitu pengambilan perjanjian ketaatan dari Bani Israil dengan pengangkatan Gunung Thur di atas mereka.
- Pesan ayat tidak hanya untuk Bani Israil, tetapi sebagai peringatan bagi umat Islam agar tidak mengulangi kelalaian mereka dalam memegang ajaran Allah.
- “Peganglah dengan teguh” bermakna komitmen penuh terhadap ajaran agama, bukan sekadar membaca atau menghafal tanpa pengamalan.
- Ayat ini menegaskan bahwa ketaatan pada wahyu adalah syarat utama ketakwaan dan keselamatan seorang hamba.
Hikmah Surah Al-Baqarah Ayat 63
Berikut beberapa pelajaran penting yang dapat diambil dari ayat ini:
- Ketaatan kepada Allah harus total, bukan setengah-setengah: Allah menuntut komitmen penuh dalam mengamalkan kitab-Nya.
- Mengabaikan ajaran agama dapat mengundang peringatan keras dari Allah: Sebagaimana Bani Israil ditegur karena menolak kewajiban mereka.
- Mengamalkan wahyu lebih utama daripada hanya membacanya: Ilmu tanpa amal tidak memberi manfaat.
- Ayat ini mengingatkan umat Islam agar tidak mengulangi kesalahan umat terdahulu: Kelemahan iman dan ketidakpatuhan akan selalu membawa kerugian.
- Takwa adalah buah dari ketaatan yang sungguh-sungguh: Siapa yang mengambil ajaran Allah dengan serius, Allah akan memudahkan mereka meraih ketakwaan.
- Perjanjian dengan Allah adalah amanah besar: Seorang mukmin harus menjaga komitmen ini dalam seluruh aspek hidupnya.
- Ayat ini mengajarkan pentingnya kesadaran sejarah: Dengan memahami peristiwa umat terdahulu, umat Islam bisa menghindari penyimpangan serupa.











Tinggalkan komentar