Benarkah Merdeka Belajar Sukses di Sekolah-Sekolah Indonesia?

Benarkah Merdeka Belajar Sukses

Program merdeka belajar yang digaungkan oleh Kemendikbudristek telah menjadi perbincangan hangat dalam beberapa tahun terakhir. Mengusung semangat kebebasan dalam belajar, program ini berupaya mentransformasi wajah pendidikan Indonesia yang selama ini kaku dan seragam menjadi lebih fleksibel, kontekstual, dan berpusat pada siswa. Tapi, benarkah merdeka belajar sudah sukses diimplementasikan? Yuk, kita kupas dampaknya di sekolah-sekolah!

Apa Itu Merdeka Belajar?

Merdeka belajar adalah sebuah pendekatan pendidikan yang memberi keleluasaan bagi satuan pendidikan dan guru untuk merancang proses belajar sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa. Fokusnya bukan hanya pada hasil ujian, tapi pada pengembangan karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis.

Dalam skema ini, guru berperan sebagai fasilitator, bukan satu-satunya sumber ilmu. Sementara itu, siswa didorong untuk aktif mencari tahu, mengeksplorasi, dan membangun pengetahuan mereka sendiri.

Dampak Positif Merdeka Belajar di Sekolah

1. Siswa Lebih Aktif dan Kreatif

Salah satu dampak paling nyata dari merdeka belajar adalah meningkatnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Dengan metode seperti project-based learning, siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan, tetapi terlibat langsung dalam proyek nyata yang menantang kemampuan berpikir kritis dan kerja sama mereka.

Di beberapa sekolah di Yogyakarta dan Surabaya, siswa bahkan sudah mampu menghasilkan karya inovatif, seperti aplikasi sederhana, vlog edukatif, hingga produk kerajinan tangan berbasis kearifan lokal.

2. Guru Jadi Fasilitator, Bukan Sekadar Pengajar

Peran guru kini berubah menjadi pendamping dan pembimbing. Mereka ditantang untuk menyusun kurikulum yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan siswa. Banyak guru yang mengaku lebih semangat mengajar karena merasa punya ruang kreativitas yang lebih luas.

Pelatihan-pelatihan untuk guru pun semakin marak dilakukan, mulai dari yang diselenggarakan Kemendikbud hingga komunitas guru independen.

3. Kolaborasi Sekolah dan Komunitas

Merdeka belajar juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antara sekolah dan masyarakat. Beberapa sekolah melibatkan pelaku usaha lokal, tokoh masyarakat, hingga orang tua siswa dalam kegiatan pembelajaran. Ini menjadikan proses belajar tidak lagi terbatas di ruang kelas, tetapi menyatu dengan kehidupan nyata.

Tantangan Implementasi Merdeka Belajar

1. Ketimpangan Fasilitas Antar Sekolah

Sayangnya, tidak semua sekolah punya fasilitas memadai untuk mendukung pembelajaran yang fleksibel. Di daerah terpencil, akses internet masih jadi masalah besar. Alat peraga, komputer, dan bahkan buku pun terbatas.

Akibatnya, pelaksanaan program ini di daerah sering kali tidak optimal dan jauh dari tujuan awalnya.

2. Minimnya Sosialisasi dan Pelatihan Guru

Tidak sedikit guru yang masih bingung dengan konsep merdeka belajar. Mereka belum sepenuhnya paham cara merancang kurikulum yang kontekstual atau melakukan penilaian formatif.

Hal ini menyebabkan pelaksanaan di kelas menjadi setengah-setengah, bahkan ada yang masih menggunakan metode ceramah lama.

3. Evaluasi Belum Konsisten

Sistem evaluasi pembelajaran masih menjadi tantangan. Banyak sekolah masih mengandalkan ujian tertulis sebagai tolok ukur keberhasilan, padahal merdeka belajar mendorong evaluasi yang lebih menyeluruh, termasuk aspek afektif dan keterampilan sosial.

Kenakalan Anak Zaman Sekarang

Fakta Lapangan: Kenakalan Remaja Meningkat?

Di era digital, kenakalan remaja menunjukkan tren yang memprihatinkan. Dari kecanduan gadget, perilaku konsumtif di media sosial, hingga perundungan atau bullying yang marak terjadi di lingkungan sekolah.

Beberapa sekolah bahkan melaporkan kasus bolos, tawuran, hingga penggunaan narkoba ringan di kalangan pelajar.

Baca juga artikel tentang: Tips Mendisiplinkan Anak Tanpa Kekerasan

Kenapa Ini Berkaitan dengan Merdeka Belajar?

Merdeka belajar memberikan ruang kebebasan lebih bagi siswa untuk mengeksplorasi potensi mereka. Namun, jika kebebasan ini tidak diimbangi dengan bimbingan karakter yang kuat, maka bisa menjadi bumerang.

Tanpa disiplin dan arah yang jelas, siswa bisa salah kaprah mengartikan “merdeka” sebagai bebas tanpa batas.

Apa yang Harus Dilakukan Sekolah & Orang Tua?

Perlu pendekatan holistik dari semua pihak:

  • Sekolah: Terapkan pendekatan disiplin positif, perkuat kurikulum karakter, dan libatkan konselor dalam mendampingi siswa.
  • Guru: Jadilah teladan dan mentor, bukan sekadar pengajar.
  • Orang Tua: Bangun komunikasi terbuka dan awasi aktivitas anak, terutama di dunia digital.

Kesimpulan: Apakah Merdeka Belajar Sukses?

Jawabannya: belum sepenuhnya. Di beberapa sekolah, program ini sukses membangkitkan semangat belajar dan kreativitas siswa. Tapi di sisi lain, masih banyak tantangan serius, mulai dari infrastruktur, pemahaman guru, hingga kondisi sosial siswa.

Merdeka belajar bukan program instan. Ia butuh waktu, keseriusan, dan kolaborasi lintas sektor untuk benar-benar berhasil.

Share it:

Tags

El Nino

Pengajar pesantren tinggal di Kediri. Dilahirkan di dunia pada 17 Desember 1991. Riwayat pendidikan sudah 17 tahun hidup di pesantren menjadi santri dan pengurus. Tujuan mendirikan web mengajiislam.com untuk menjadi sarana berbagi ilmu yang telah saya pelajari di pondok dan menambah seduluran.

Related Post

Tinggalkan komentar