Dalam perjalanan sejarah umat manusia, banyak kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran bagi generasi setelahnya. Salah satunya adalah kisah Nabi Musa dan kaumnya yang penuh dinamika. Al-Baqarah ayat 53 menjadi salah satu ayat penting yang menyoroti momen ketika Allah memberikan Kitab dan Furqan kepada Nabi Musa sebagai petunjuk bagi Bani Israil.
Ayat ini bukan sekadar narasi sejarah, tetapi juga pesan abadi tentang pentingnya hidayah dan kepemimpinan yang membawa umat menuju kebenaran. Maka, memahami kandungan ayat ini bukan hanya menambah wawasan, tapi juga mengasah kesadaran spiritual kita sebagai umat Islam.
Baca juga artikel tentang: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 52
Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 53
وَإِذْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Wa idz ātainā Mūsā al-kitāba wa al-furqāna la‘allakum tahtadūn
“Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.” QS. Al-Baqarah: 53
Makna Kata
ٱلْكِتَٰبَ: Kitab Taurat
ٱلْفُرْقَانَ: Mukjizat-mukjizat dari Allah yang memisahkan antara kebenaran dan kebatilan
تَهْتَدُونَ: Bani Isra’il mendapat petunjuk, hingga bisa mengetahui mana yang benar dalam segala hal dari urusan akhirat dan dunia.
Tafsir
Dari surah Al-Baqarah ayat 49 – 53 ini Allah telah menyebutkan empat kenikmatan yang Ia berikan kepada Bani Israil. Tujuan Allah mengingatkan empat kenikmatan ini agar mereka tetap menjaga iman dan ketaatan kepada-Nya. Sampai nanti ketika Nabi Muhammad saw telah diutus oleh Allah, Bani Israil mau beriman dan menjadi pengikutnya.
Empat kenikmatan itu adalah:
- Allah menyelamatkan Bani Israil dari kekejaman Fir’aun
- Allah membelah lautan, Bani Israil bisa kabur dari kejaran Fir’aun tapi Fir’aun dan balatentaranya tenggelam.
- Allah memaafkan Bani Israil dan menerima taubat mereka walaupun telah melakukan pelanggaran yang besar (menyembah patung anak sapi).
- Kemuliaan Nabi Musa ‘alaihis salam yang membawa kitab Taurat yang berisi cahaya dan petunjuk, serta beliau ‘alaihis salam mendapatkan mukjizat dari Allah yang mengalahkan kebatilan Fir’aun dan memenangkan kebenaran dakwah beliau ‘alaihis salam.
Jadi dari keempat nikmat yang telah Allah berikan kepada Bani Israil di atas, seharusnya menambah keimanan mereka dan tetap taat kepada Allah. Tapi banyak dari kalangan mereka justru malah membangkang dan menyimpang dari ajaran kitab dan rasulnya. Ini adalah pesan abadi dari Allah untuk kita sebagai umat Nabi Muhammad saw jangan sampai seperti mereka, kita harus tetap teguh dalam iman dan takwa.
وَلَا يَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ ٱلْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ
“Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” QS. Al-Hadid: 16
Hikmah Surah Al-Baqarah Ayat 53
Berikut ini adalah poin-poin hikmah dari Surah Al-Baqarah ayat 53 yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari:
- Menghargai Ilmu sebagai Petunjuk Hidup
Allah memberikan Taurat dan Furqan sebagai pedoman hidup. Kita pun harus menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama petunjuk dalam setiap aspek kehidupan. - Selalu Mengingat Nikmat Allah
Seperti Allah mengingatkan Bani Israil tentang nikmat-Nya, kita pun wajib merenungi dan mensyukuri nikmat yang kita miliki, agar tidak menjadi kufur nikmat. - Menjaga Hati agar Tetap Lembut dan Tunduk
Hati yang keras menjauhkan kita dari kebenaran. Maka, jaga hati dengan dzikir, tilawah, dan ibadah agar tetap peka terhadap petunjuk Allah. - Jangan Bangga dengan Warisan Agama Saja
Bani Israil memiliki nabi dan kitab, tapi banyak dari mereka tetap membangkang. Warisan keislaman tidak cukup jika tidak dibarengi dengan ketaatan dan akhlak. - Bersyukur dengan Kepemimpinan yang Benar
Seperti Nabi Musa yang membawa cahaya dan pembeda, kita harus mendukung pemimpin atau tokoh yang membawa nilai-nilai kebenaran dan keadilan. - Hidayah Itu Harus Dijemput, Bukan Ditunggu
“Agar kamu mendapat petunjuk” menunjukkan bahwa manusia harus aktif menjemput hidayah, dengan belajar, berdoa, dan beramal. - Belajar dari Sejarah, Jangan Ulangi Kesalahan Umat Terdahulu
Kisah Bani Israil bukan sekadar sejarah, tapi peringatan agar kita tidak mengulangi pola yang sama: lalai, ingkar, dan keras hati. - Mukjizat Tidak Menjamin Iman, Konsistensi yang Menentukan
Walau melihat mukjizat langsung, banyak dari Bani Israil tetap membangkang. Maka iman harus dipupuk terus dengan ilmu dan amal.











Tinggalkan komentar