Dalam lembaran sejarah Bani Israil, terdapat kisah penuh pelajaran yang tak lekang oleh zaman—salah satunya tertuang dalam Surah Al-Baqarah ayat 51. Ayat ini menggambarkan momen ketika Nabi Musa menerima wahyu selama empat puluh malam, namun kaumnya justru tergelincir dalam kesesatan dengan menyembah anak sapi. Peristiwa ini bukan sekadar kisah masa lampau, tetapi cerminan dari sifat manusia yang mudah lalai dan tergoda oleh kebatilan meski telah melihat kebenaran. Mari kita telusuri lebih dalam makna dan tafsir ayat ini, agar menjadi pengingat dan pelajaran dalam kehidupan kita hari ini.
Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 51
وَإِذْ وَٰعَدْنَا مُوسَىٰٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ ٱتَّخَذْتُمُ ٱلْعِجْلَ مِنۢ بَعْدِهِۦ وَأَنتُمْ ظَٰلِمُونَ
Wa iż wā’adnā mụsā arba’īna lailatan ṡummattakhażtumul-‘ijla mim ba’dihī wa antum ẓālimụn
“Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.” QS-Al-Baqarah: 51
Makna Kata
وَإِذْ وَٰعَدْنَا مُوسَىٰٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً: Allah berjanji mengadakan pertemuan selama 40 hari di Gunung Sinai kepada Nabi Musa as untuk menurunkan wahyu Taurat.
ٱتَّخَذْتُمُ ٱلْعِجْلَ: Bani Isra’il menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh Samiriy.
Tafsir
Surah Al-Baqarah ayat 51 ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa manusia sangat mudah tergelincir, meskipun telah melihat kebenaran secara nyata. Ayat ini menceritakan tentang Bani Israil yang diselamatkan dari kejahatan Fir’aun melalui pertolongan Allah.
Pada ayat sebelumnya, yaitu Al-Baqarah ayat 50, Allah Ta’ala menunjukkan keajaiban dengan membelah lautan melalui pukulan tongkat Nabi Musa a.s., sehingga Bani Israil dapat menyeberang. Setelah semuanya berhasil menepi, Allah menutup kembali lautan tersebut dan menenggelamkan Fir’aun bersama bala tentaranya.
Peristiwa ini seharusnya menjadi pelajaran berharga dan menambah kekuatan iman bagi Bani Israil. Namun, kenyataannya berbeda. Mayoritas dari mereka justru tetap membangkang kepada nabinya, bahkan menyembah selain Allah.
Allah berfirman:
“Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: “Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab: “Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)”. QS. Al-A’raf
Kesalahan Bani Israil berlanjut ketika Nabi Musa a.s. pergi ke Gunung Sinai untuk menerima wahyu Taurat selama 40 malam. Nabi Musa a.s. meninggalkan saudaranya, Nabi Harun a.s., untuk menggantikan beliau dalam membimbing kaum Bani Israil selama masa tersebut.
Namun, selama Nabi Musa a.s. tidak berada di tengah mereka, Bani Israil kembali berbuat ulah. Mereka tertipu oleh Samiri, yang membuat patung anak sapi, dan menjadikannya sebagai sesembahan. Nabi Harun a.s. telah mengingatkan mereka, namun justru diabaikan hingga nyaris dibunuh.
Allah mengabadikan kisah ini dalam firman-Nya:
“Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim”.” QS. Al-A’raf: 150
Hikmah Surah Al-Baqarah Ayat 51
Berikut adalah poin-poin hikmah dari Surah Al-Baqarah ayat 51 yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
- Tetap waspada saat diuji: Jangan lalai ketika nikmat datang—iman harus terus dijaga.
- Waspadai ajakan sesat: Yang populer belum tentu benar; jangan mudah terbawa arus.
- Butuh bimbingan ulama: Tanpa pemimpin ruhani, umat mudah tersesat.
- Sabar berdakwah: Tetap teguh walau diabaikan atau ditolak.
- Jangan gantikan Allah dengan dunia: Harta, jabatan, atau ketenaran bukan untuk disembah.
- Rawat iman setiap saat: Iman bisa turun—jaga dengan ilmu dan amal.
- Taat meski tanpa pengawasan: Ibadah jangan bergantung pada kehadiran orang lain.
- Belajar agar tak sesat: Kebodohan bukan alasan untuk maksiat.
- Ambil pelajaran dari sejarah: Umat terdahulu jadi cermin untuk masa kini.
- Zalim juga pada diri sendiri: Syirik dan dosa menjauhkan kita dari rahmat Allah.











Tinggalkan komentar