spot_img

Hadits Dho’if Qurban Jadi Tunggangan Di Shiroth

Apakah benar ada hadits yang menyebutkan hewan qurban Idul Adha bisa jadi kendaraan atau tunggangan ketika melewati shirath? Mari kita coba teliti apakah kedudukan hadits qurban itu dho’if atau shahih.

Memang sering sekali kita mendengar bahwa binatang yang diqurbankan selain menjadi pahala juga memiliki keutamaan lain yaitu akan menjadi tunggangan di akhirat.

Apalagi menjelang hari-hari Idul Qurban ini, banyak kita dengar para khatib membacakan hadits-hadits yang intinya memberikan semangat agar kita berkurban, tetapi kadang kala di antara hadits-hadits tersebut banyak yang perlu ditinjau ulang lagi.

Salah satunya adalah hadits tentang qurban yang akan menjadi tunggaan di akhirat:

عَظِّمُوْا ضَحَايَاكُمْ فَإِنَّهَا عَلَى الصِّرَاطِ مَطَايَاكُمْ

“Besar-besarkan qurban-qurban kamu sebab ia akan menjadi kendaraanmu di atas shirath (kelak).”

Kualitas Hadits

Ibn ash-Shalaah berkata, “Hadits ini tidak dikenal dan tidak tsabit (valid).”

Dinukil oleh syaikh Isma’il al-‘Ajluny di dalam kitab Kasyf al-Khafaa`, sebelumnya dinukil oleh Ibn al-Mulaqqin di dalam kitab al-Khulashah (Jld.II, h.164), dia menambahkan, “Menurutku, pengarang Musnad al-Firdaus menisbatkannya dengan lafazh “Istafrihuu” sebagai ganti lafazh “’Azhzhimuu” (di atas). Kedua-duanya bermakna, “Berkurbanlah dengan qurban yang mahal, kuat dan gemuk.” 

Syaikh al-Albany mengomentari: “Dan sanadnya Dla’if Jiddan (lemah sekali)”.

(Lihat, Silsilah al-Ahaadiits adl-Dla’ifah Wa al-Mawdluu’ah Wa Atsaruha as-Sayyi` Fi al-Ummah, Jld.I, h.173-174, no.74)

Di dalam buku yang sama, jld.III, h.411, no.1255, Syaikh al-Albany mengetengahkan hadits lainnya yang semakna dengan hadits di atas, hanya berbeda lafazh saja, yaitu dengan teks:

اِسْتَفْرِهُوْا ضَحاَيَاكُمْ فَإِنَّهَا مَطَايَاكُمْ عَلَى الصِّرَاطِ

“Perbaguslah hewan qurban kalian, karena dia akan menjadi tunggangan kalian melewati shirath”

Syaik al-Albany mengomentari: “Kualitasnya Dla’if Jiddan (Lemah Sekali). Hadits ini diriwayatkan oleh adl-Dliyaa` di dalam kitab al-Muntaqa Min Masmuu’aatihi Bi Marw (Jld.II, h.33), dari Yahya bin ‘Ubaidullah, dari ayahnya, dia berkata, ‘Aku mendengar Abu Hurairah berkata. Lalu ia menyebutkannya secara marfu’.”

Menurutku (Syaikh al-Albany):

“Sanad ini Dla’if Jiddan . Alasannya, ada cacat pada periwayat bernama Ibn ‘Ubaidullah bin ‘Abdullah bin Mawhib al-Madany. Ahmad berkata, ‘Ia bukan periwayat yang Tsiqah.’ Ibn Abi Hatim dari ayahnya berkata, “Ia seorang periwayat hadits yang lemah, bahkan hadits yang diriwayatkannya Munkar Jiddan.” (Hadits Munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh periwayat yang lemah bertentangan dengan riwayat-riwayat para periwayat yang Tsiqat).

Imam Muslim dan an-Nasa`iy berkata, “Haditsnya ditinggalkan (tidak digubris).”

Sedangkan ayahnya, ‘Ubaidullah adalah seorang periwayat yang Majhul (anonim).

Imam asy-Syafi’iy dan Ahmad berkata (lafazh ini berasal dari Ahmad), “Ia periwayat yang tidak dikenal.”

Sedangkan Ibn Hibban memasukkannya dalam kitabnya “ats-Tsiqaat” yang berkata, “Anaknya, Yahya meriwayatkan darinya, padahal ia tidak ada apa-apanya sedangkan ayahnya seorang periwayat yang Tsiqah. Terjadinya hadits-hadits Munkar pada haditsnya karena bersumber dari anaknya, Yahya.”

Kemudian saya (Syaikh al-Albany) melihat bahwa al-Hafizh Ibn Hajar dalam bukunya Talkhiish al-Habiir (Jld.IV, h.138) berkata, “Dikeluarkan oleh pengarang Musnad al-Firdaus dari jalur Yahya bin ‘Ubaidullah bin Mawhi dan Yahya adalah seorang periwayat yang Dla’if Jiddan.”

Jadi karena ada perawi yang tidak tsiqat maka kekudukan hadits qurban menjadi tunggangan adalah dho’if dan tidak bisa dijadikan hujjah atau dalil untuk beramal.

Maka dari itu hewan qurban tidak menjadi tunggangan di shirat, tapi hal ini jangan menyebabkan anda mengurungkan niat. Masih banyak pahala lain yang Allah siapkan untuk para muhsinin yang ikhlas ketika bersedekah qurban.

Baca artikel: Manfaat Sedekah

Hikmah-Hikmah Qur’ban

Sobat Muslim jangan sedih dulu! ada hikmah-hikmah lain untuk para muhsinin yang berqurban di hari raya Idul Adha dari penjelasan ulama:

  1. Bentuk rasa syukur kepada Allah atas karuni yang telah diberikan kepada hamba-Nya.
  2. Meneruskan ajaran Nabi Ibrahim as beliau adalah Khalilullah (kekasih Allah). Jika kita mengikuti ajaran orang-orang yang dicintai oleh Allah, niscaya kita akan dicintai oleh Allah juga.
  3. Mengingat kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim as dan Nabi Isma’il. Walaupun diuji oleh Allah dengan ujian yang berat, keduanya tetap melaksanakan dengan ikhlas.
  4. Dari Ibnu Qoyyim Al-Jauzy: Sedekah binatang qur’ban yang disembelih di hari Idul Adha lebih mulia nilainya daripada bersedekah dengan uang seharga binatang qurban tersebut.

Demikian penjelasan dari Mengaji Islam perihal hadits Dho’if binatang qurban yang sering kita dengar. Semoga bermanfaat.

El Nino
El Ninohttps://www.mengajiislam.com
Pengajar pesantren tinggal di Kediri. Dilahirkan di dunia pada 17 Desember 1991. Riwayat pendidikan sudah 17 tahun hidup di pesantren menjadi santri dan pengurus. Tujuan mendirikan web mengajiislam.com untuk menjadi sarana berbagi ilmu yang telah saya pelajari di pondok dan menambah seduluran.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

1,000FansSuka
50PengikutMengikuti
360PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles